Kamis, 08 April 2021

Perjuangan Dakwah Rosulullah saw Periode Mekkah

 


MENELADANI PERJUANGAN ROSULLUAH DI MEKKAH

➤ Komtepensi Dasar

  • 1.11 Menghayati perjuangan Nabi Muhammad saw. periode Makkah dalam menegakkan risalah Allah Swt. 
  • 2.11 Meneladani perjuangan Nabi Muhammad saw. periode Makkah.
  • 3.11 Memahami sejarah perjuangan Nabi Muhammad saw. periode Makkah
  • 4.11 Menyajikan strategi perjuangan yang dilakukan Nabi Muhammad Saw. periode Makkah.

➤ Tujuan Pembelajaran

  • menghayati perjuangan Nabi Muhammad saw periode mekkah 
  • meneladani perjuangan Nabi Muhammad saw periode mekkah
  • memahami perjuangan Nabi Muhammad saw periode mekkah
  • menyajikan strategi perjuangan Nabi Muhammad saw periode mekkah

A. Kerasulan Nabi Muhammad saw. dan Wahyu Pertama

Menurut beberapa riwayat yang śaĥiĥ, Nabi Muhammad saw. pertama kali diangkat menjadi rasul pada malam hari tanggal 17 Rama«an saat usianya 40 tahun. Malaikat Jibril datang untuk membacakan wahyu pertama yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw., yaitu Q.S. al-‘Alāq. Nabi Muhammad saw. diperintahkan membacanya, namun Rasulullah saw. berkata bahwa ia tidak dapat membaca. Malaikat Jibril mengulangi permintaannya, tetapi jawabannya tetap sama. Kemudian, Jibril menyampaikan firman Allah Swt. yaitu Q.S. al-‘Alāq/96:1-5 sebagai berikut.


Artinya: “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar manusia dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. al-‘Alaq/96:1-5)

Itulah wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad saw. sebagai awal diangkatnya sebagai rasul. Kemudian, Nabi Muhammad saw. menerima ayat­ayat al-Qur’ān secara berangsur­angsur dalam jangka waktu 23 tahun. Ayat­ayat tersebut diturunkan berdasarkan kejadian faktual yang sedang terjadi, sehingga hampir setiap ayat al-Qur’ān turun disertai oleh Asbābun Nuzûl (sebab/kejadian yang mendasari turunnya ayat). Ayat­ayat yang turun sejauh itu dikumpulkan sebagai kompilasi bernama al-Musaf yang juga dinamakan al-Qur’ān.

B. Strategi Dakwah Rasululah saw. di Mekkah

Dalam mendakwahkan ajaran­ajaran Islam yang sangat fundamental dan universal, Rasulullah saw. tidak serta-merta melakukannya dengan tergesa­gesa. Ia mengerti benar bagaimana kondisi masyarakat Arab saat itu yang bergelimang dengan kemaksiatan dan praktik-praktik kemunkaran. Mengubah pola pikir dan kebiasaan­kebiasaan atau adat-istiadat bangsa Arab khususnya kaum Quraisy bukanlah perkara mudah. Kebiasaan yang telah dilakukan secara turun­temurun sejak ratusan tahun silam, ditambah lagi dengan pengaruh agama Nasrani dan Yahudi yang sudah dikenal lama bahkan sudah banyak penganutnya.

Ada dua tahapan yang dilakukan Rasulullah saw. dalam menjalankan misi dakwah tersebut, yaitu dakwah secara sembunyi­sembunyi yang hanya terbatas di kalangan keluarga dan sahabat terdekat dan dakwah secara terang­terangan kepada khalayak ramai.


1. Dakwah secara Rahasia/Diam-Diam (al-Da’wah bi al-Sirr)

Agar tidak menimbulkan keresahan dan kekacauan di kalangan masyarakat Quraisy, Rasulullah saw. memulai dakwahnya secara sembunyi­sembunyi (al-Da’wah bi al-Sirr). Hal tersebut dilakukan mengingat kerasnya watak suku Quraisy dan keteguhan mereka berpegang pada keyakinan dan penyembahan berhala. Pada tahap ini, Rasulullah saw. memfokuskan dakwah Islam hanya kepada orang­orang terdekat, yaitu keluarga dan para sahabatnya. Rumah Rasulullah saw (Dārul Arqam) dijadikan sebagai pusat kegiatan dakwah.

Orang­orang pertama (as-sābiqunal awwalūn) yang mengakui kerasulan Nabi Muhammad saw. dan menyatakan keislamannya adalah Siti Khadijah (istri), Ali bin Abi Ţhalib (adik sepupu), Zaid bin Ĥarișah (pembantu yang diangkat menjadi anak), dan Abu Bakar Siddik (sahabat). Selanjutnya secara perlahan tetapi pasti, pengikut Rasulullah saw. makin bertambah. Di antara mereka adalah U¡man bin Affan, Zubair bin Awwam, Said bin Abi Waqas, Abdurrahman bin ‘Auf, aha bin Ubaidillah, Abu Ubaidillah bin Jarrah, Fatimah bin Khattab dan suaminya Said bin Zaid al­Adawi, Arqam bin Abil Arqam, dan beberapa orang lainnya yang berasal dari suku Quraisy. 

2Dakwah secara Terang-terangan (al-Da’wah bi al-Jahr)

Dakwah secara terang­ terangan (al-Da’wah bi al-Jahr) dimulai ketika Rasulullah saw. menyeru kepada orang-orang Mekah. Ia berdiri di atas sebuah bukit dan berteriak dengan suara lantang memanggil mereka. Beberapa keluarga Quraisy menyambut seruannya. Kemudian, ia berpaling kepada sekumpulan orang sambil berkata, “Wahai orang orang! Akankah kalian percaya jika saya katakan bahwa musuh Anda sekalian telah bersiaga di sebelah bukit (Śafa) ini dan berniat menyerang nyawa dan harta kalian?” Mereka menjawab, “Kami tak mendengar Anda berbohong sepanjang hayat kami.” Ia lalu berkata, “Wahai bangsa Quraisy! Selamatkanlah dirimu dari neraka. Saya tak dapat menolong Anda di hadapan Allah Swt. Saya peringatkan Anda sekalian akan siksaan yang pedih!” Ia menambahkan, “Kedudukan saya seperti penjaga, yang mengamati musuh dari jauh dan segera berlari kepada kaumnya untuk menyelamatkan dan memperingatkan mereka tentang bahaya yang akan datang.”

C. Sikap Kaum Kafir Quraisy Terhadap Dakwah Islam

kaum kafir quraisy merupakan kaum yang tinggal di mekkah. kebanyakan dari kaum kafir quraisy enggan mengakui kerasulan Rosulullah saw. orang orang qurasy yang enggan mengakui kerasulan tersebut disebut dengan kaum kafir quraisy. mereka melakukan berbagai macam cara untuk menghambat Nabi Muhammad saw. diantaranya meminta paman Rosulullah saw yaitu Abu Talib menghentikan dakwah keponakannya. namun dengan tegas Rosulullah saw menolak dan tetap mendakwahkan ajaran islam. setelah berbagai cara menghentikan Rosulullah saw dan gagal, kaum kafir quraisy pun memboikot Nabi Muhammad saw, bani mutalib, bani hasyim, dan umat islam.

pemboikotan tersebut berlangsaung selama 3 tahun yang dimulai ddari tahun ketujuh kenabian. adapun isi pemboikotan tersebut adalah sebagai berikut :
  1. kaum Quraisy tidak akan menikahi orang islam
  2. kaum Quraisy tidak menerima permintaan nikah dari orang islam
  3. kaum Quraisy tidak akan melakukan jual beli dengan orang islam
  4. kaum Quraisy tidak akan mengantar mayat orang islam ke kubur
  5. kaum Quraisy tidak akan menerima permintaan damai dengan orang islam dan menyerahkan Nabi Muhammad saw untuk dibunuh

D. Perjanjian Aqaba

Kerasnya penolakan dan perlawanan Quraisy, mendorong Nabi Muhammad saw. melancarkan dakwahnya kepada kabilah-kabilah Arab di luar suku Quraisy. Dalam melakukan dakwah ini, Nabi Muhammad saw. tidak saja menemui mereka di Ka’bah pada saat musim haji, ia juga mendatangi perkampungan dan tempat tinggal para kepala suku. Tanpa diketahui oleh seorang pun, Nabi Muhammad saw. pergi ke Ţaif. Di sana ia menemui Ţaqif dengan harapan agar ia dan masyarakatnya mau menerimanya dan memeluk Islam. Ţaqif dan masyarakatnya menolak Nabi dengan kejam. Meski demikian, Nabi berlapang dada dan meminta Ţaqif untuk tidak menceritakan kedatangannya ke Ţaif agar ia tidak mendapat malu dari orang Quraisy. Permintaan itu tidak dihiraukan oleh Ţaqif, bahkan ia menghasut masyarakatnya untuk mengejek, menyoraki, mengusir, dan melempari Nabi. Selain itu, Nabi mendatangi Bani Kindah, Bani Kalb, Bani Hanifah, dan Bani Amir bin Sa‘sa’ah ke rumah­rumah mereka. Tak seorang pun dari mereka yang mau menyambut dan mendengar dakwah Nabi. Bahkan, Bani Hanifah menolak dengan cara yang sangat buruk. Amir menunjukkan ambisinya, ia mau menerima ajakan Nabi dengan syarat jika Nabi memperoleh kemenangan, kekuasaan harus berada di tangannya.

Pengalaman tersebut mendorong Nabi Muhammad saw. berkesimpulan bahwa tidak mungkin lagi mendapat dukungan dari Quraisy dan kabilah-kabilah Arab lainnya. Oleh karena itu, Nabi Muhammad saw. mengalihkan dakwahnya kepada kabilah-kabilah lain yang ada di sekitar Mekah yang datang berziarah setiap tahun ke Mekah. Jika musim ziarah tiba, Nabi Muhammad saw. pun mendatangi kabilah-kabilah itu dan mengajak mereka untuk memeluk Islam. Tak berapa lama kemudian, tanda­tanda kemenangan datang dari Yașrib (Madinah). Nabi Muhammad saw. sesungguhnya mempunyai hubungan emosional dengan Ya¡rib. Di sanalah ayahnya dimakamkan, di sana pula terdapat famili­familinya dari Bani Najjar yang merupakan keluarga kakeknya, Abdul Mu ̄ ̄alib dari pihak ibu. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila di tempat ini kelak Nabi Muhammad saw. mendapat kemenangan dan Islam berkembang dengan amat pesat.

E. Peristiwa Hijrah Kaum Muslimin

1. Hijrah ke Abisinia (Habsyi)

Untuk menghindari bahaya penyiksaan, Nabi Muhammad saw. menyarankan para pengikutnya untuk hijrah ke Abisinia (Habsyi). Para sahabat pergi ke Abisinia dengan dua kali hijrah. Hijrah pertama sebanyak 15 orang; sebelas orang laki­laki dan empat orang perempuan. Mereka berangkat secara sembunyi­sembunyi dan sesampainya di sana, mereka mendapatkan perlindungan yang baik dari Najasyi (sebutan untuk Raja Abisinia). Ketika mendengar keadaan Mekah telah aman, mereka pun kembali lagi. Namun, mereka kembali mendapatkan siksaan melebihi dari sebelumnya. Karena itu, mereka kembali hijrah untuk yang kedua kalinya ke Abisinia (tahun kelima dari kenabian atau tahun 615 M). Kali ini mereka berangkat sebanyak 80 orang laki-laki, dipimpin oleh Ja’far bin Abi Ţalib. Mereka tinggal di sana hingga sesudah Nabi hijrah ke Yașrib (Madinah). Peristiwa hijrah ke Abisinia ini dipandang sebagai hijrah pertama dalam Islam.

2. Hijrah ke Madinah

Peristiwa Ikrar Aqabah II ini diketahui oleh orang-orang Quraisy. Sejak itu tekanan, intimidasi, dan siksaan terhadap kaum muslimin makin meningkat. Kenyataaan ini mendorong Nabi segera memerintahkan sahabat­sahabatnya untuk hijrah ke Yașrib. Dalam waktu dua bulan saja, hampir semua kaum muslimin, sekitar 150 orang telah berangkat ke Yașrib. Hanya Abu bakar dan Ali yang masih menjaga dan membela Nabi di Mekah. Akhirnya, Nabi pun hijrah setelah mendengar rencana Quraisy yang ingin membunuhnya.Nabi Muhammad saw. dengan ditemani oleh Abu Bakar berhijrah ke Ya¡rib. Sesampai di Quba, 5 km dari Yașrib, Nabi beristirahat dan tinggal di sana selama beberapa hari. Nabi menginap di rumah Umi Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah ini Nabi membangun sebuah masjid. Inilah masjid pertama yang dibangun pada masa Islam yang kemudian dikenal dengan Masjid Quba. Tak lama kemudian, Ali datang menyusul setelah menyelesaikan amanah yang diserahkan Nabi kepadanya pada saat berangkat hijrah. Ketika Nabi memasuki Yașrib, ia dielu­elukan oleh penduduk kota itu dan menyambut kedatangannya dengan penuh kegembiraan. Sejak itu, nama Ya¡rib diganti dengan Madinatun Nabi (kota Nabi) atau sering pula disebut dengan Madinatun Munawwarah (kota yang bercahaya). Dikatakan demikian karena memang dari sanalah sinar Islam memancar ke seluruh penjuru dunia. 

F. Meneladani Perilaku Nabi Muhammad saw

Perilaku yang dapat diteladani dari perjuangan dakwah Rasulullah saw. pada periode Mekah di antaranya adalah seperti berikut.
  1. Memiliki Sikap Tangguh
  2. Memiliki Jiwa Berkorban

Previous Post
Next Post

وَلَا تَهِنُوۡا وَ لَا تَحۡزَنُوۡا وَاَنۡتُمُ الۡاَعۡلَوۡنَ اِنۡ كُنۡتُمۡ مُّؤۡمِنِيۡنَ‏ Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman.

0 komentar: